Senin, 12 Desember 2011

Tanaman Jati


Tanaman Jati / Kayu Jati


A.  Definisi Tanaman Jati
Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f. Jati (Tectona Grandis) merupakan jenis tanaman kayu yang banyak dibudidayakan orang sejak jaman dulu karena kayunya yang mempunyai kualitas yang baik serta memiliki daya jual. Perkembangan teknologi khususnya dalam hal perkembangan rekayasa genetika tanaman (pemulihan pohon/tree improvement) telah menghadirkan varietas baru tanaman jati yang unggul, yang lebih populer disebut dengan jati emas. Mengapa disebut dengan jati emas? Sebab secara fisik mempunyai sifat-sifat lebih, diantaranya adalah kecepatan tumbuh yang tinggi, bentuk batang silindris, lurus dan tidak banyak terdapat cabang. Dengan sifat-sifat unggul tadi, maka pohon jati yang biasanya akan dipanen dalam jangka waktu yang lama (60-80 tahun) dapat dipanen dengan waktu yang relatif singkat (5-15 tahun). Tanaman jati emas tidak banyak berbeda dengan taman jati lokal dalam hal penanaman dan pemeliharaanya. Tanaman jati termasuk jenis tanaman yang mudah tumbuh termasuk pada lahan yang kurang subur sekalipun.
Jati merupakan salah satu jenis tanaman yang mendominasi hutan di Indonesia. Tanaman ini sangat baik dibudidayakan di Indonesia. Pasalnya, kondisi cuaca dan lingkungan yang tropis sangat mendukung untuk pertumbuhan jati. Jenis tanaman ini dapat ditanam di berbagai kondisi lahan dan lingkungan, seperti hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan, hutan tanaman industri, lahan kering tidak produktif, lahan basah tidak produktif, dan lahan perkebunan.
Syarat lokasi untuk budi daya jati di antaranya ketinggian lahan maksimum 700 meter dpl, suhu udara 13--43° C, pH tanah 6, dan kelembapan lingkungan 60--80%, Tanah yang cocok untuk pertumbuhan jati adalah tanah lempung, lempung berpasir, dan liat berpasir. Unsur kimia pokok (macro element) yang diperlukan untuk pertumbuhan jati yakni kalsium, fosfor, kalium, dan nitrogen. Sementara itu, curah hujan optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan jati sekitar 1.000-1.500 mm/tahun. Curah hujan berpengaruh terhadap sifat gugurnya daun dan kualitas fisik kayu. Secara alamiah, jati akan menggugurkan daunnya saat musim kemarau, lalu tumbuh kembali pada musim hujan.
Di daerah yang memiliki kemarau yang panjang, jati akan menggugurkan daunnya dan menghasilkan lingkaran tahun yang artistik. Karena itu, kayu jati yang berasal dari daerah ini memiliki struktur kayu yang lebih kuat dan dikelompokkan ke dalam jenis kayu mewah (fancy wood) atau kayu kelas I. Sementara itu, di daerah yang curah hujannya tinggi, tanaman jati tidak menggugurkan daun dan lingkaran tahunnya kurang menarik. Karena itu, kualitas kayunya lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang memiliki kemarau panjang.
Benih jati bisa diperoleh melalui Balai Pembenihan Tanaman Hutan (BPTH). Benih harus berasal dari indukan pohon jati yang memiliki kualitas baik dan pertumbuhan yang sehat. Perbanyakan benih tanaman jati dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dengan cara menyemaikan biji hingga tumbuh tunas baru sebagai bibit. Jika bibit terlalu besar, bibit diremajakan dengan memangkas batang dan membiarkan tumbuh tunas baru. Tunas tersebut dipelihara hingga terbentuk batang baru. Cara ini biasa disebut dengan stump.
Sementara itu, perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara kultur jaringan, yaitu perbanyakan melalui pertumbuhan sel-sel jaringan titik tumbuh tanaman. Titik tumbuh pada tanaman berada di jaringan meristematik, seperti pada meristem apikal. Dengan kultur jaringan, jumlah bibit yang diperoleh cukup banyak.
Sebelum disemai di bak tabur, dormansi benih jati perlu dibangunkan dengan cara membakar benih menggunakan spiritus. Berikut cara melakukan pembibitan tanaman jati.
1.      Tempatkan benih di dalam wadah dengan alas serasah.
2.      Tutup hamparan benih menggunakan serasah.
3.      Taburkan spiritus di atas serasah dan bakar hingga api padam.
4.      Dinginkan benih selama 24 jam. Setelah itu, benih siap untuk ditaburkan ke dalam bak semai.
5.      Siapkan media semai berupa tanah, pasir, kompos, dan arang sekam dengan perbandingan 1 :1 :1 : 1. Masukkan media semai ke dalam bak semai.
6.      Benamkan benih satu per satu ke dalam media semai.
7.      Biarkan benih selama 2--3 minggu hingga menjadi bibit.
Setelah berumur 2--3 minggu sejak penyemaian, pindahkan bibit ke dalam polibag. Lakukan pemindahan bibit secara hati-hati agar bibit tidak rusak. Pelihara bibit jati hingga mencapai tinggi 30 cm. Setelah itu, bibit jati siap dipindahtanamkan ke lahan.
Salah satu tanaman jati yang bagus hasil panenya adalah memiliki kayu yang lurus. Agar dapat memiliki kayu yang lurus adalah dengan pemilihan bibit unggul yang baik (karena bibit jati yang baik adalah tidak memiliki cabang dan memiliki kayu yang lurus). Tiada gading yang tak retak maksudnya adalah tidak semua bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang sama. Bila salah satu tanaman jati kita memiliki cabang untuk memaksimalkan hasil panen nantinya adalah dengan melakukan penebangan pada cabang-cabang atau ranting tanaman jati tersebut. Kenapa penebangan atau pemotongan ranting itu perlu dilakukan? Pertama agar tanaman jati pada usia dini dapat fokus berkembang pada satu batang saja, sehingga pertumbuhan dapat dengan cepat. Kedua agar kayu yang dihasilkan dapat lurus atau tidak bercabang. Dengan mengontrol perkembangan tanaman jati secara berkala bermaksud memaksimalkan hasil panen jati nantinya.

B.  Penggunaan Kayu Jati
Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap. Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel. Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir.
Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah. Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.
C.  Fungsi ekonomis kayu jati
Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting. Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.
Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.
D.  Sifat Kayu Jati
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas keawetan I. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Kayu teras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna putih dan kelabu kekuningan. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas. Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.
Menurut sifat-sifat kayunya, di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati (Mahfudz dkk., t.t.):
  1. Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jw.: lengo, minyak; malam, lilin). Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris.
  2. Jati sungu. Hitam, padat dan berat (Jw.: sungu, tanduk).
  3. Jati werut, dengan kayu yang keras dan serat berombak.
  4. Jati doreng, berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala, sangat indah.
  5. Jati kembang.
  6. Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur. Kurang kuat dan kurang awet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar