Kelapa
Sawit
A. Gambaran
Umun Kelapa Sawit
Kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq)
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet, berkebangsaan
Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di Afrika.
Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh beberapa
perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu
oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de
Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
1.
Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan
monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakar akar) pada bibit
terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan
panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.
Susunan akar kelapa sawit terdiri
dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke
samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke
bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar
tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa
mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.
2.
Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya
memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk
seperti kubis dan enak dimakan.
Di batang tanaman kelapa sawit
terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas
walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah
yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit
tampak berwarna hitam beruas.
3.
Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam
dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di
tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
4.
Bunga
dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur
tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga
betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak
bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu
dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan
atau serangga penyerbuk.
Buah kelapa sawit tersusun dari
kulit buah yang licin dan keras (epicrap),
daging buah (mesocrap) dari susunan
serabut (fibre) dan mengandung
minyak, kulit biji (endocrap) atau
cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan
mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.
- Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun
- Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya akan menjadi akar.
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm.
Akar-akar adventif pertama muncul di
sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil
dan seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit
kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai
organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam
tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua
warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan
setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah
mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
5.
Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki
ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan
bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji
dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata
memiliki bobot 2 gram per biji.
Biji kelapa sawit umumnya memiliki
periode dorman (masa non-aktif).
Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan
sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat
keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
B. Jenis Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan cangkang dan
daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
- Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.
- Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
- Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
C. Klasifikasi
dan Morfologi
Tanaman
kelapa sawit (palm oil) dalam
sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub
– Famili : Cocoidae
Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)
2. Elaeis
melanococca atau Corozo oleifera
(kelapasawit
Amerika Latin)
Varietas/Tipe : Digolongkan berdasarkan :
1. Tebal
tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera,
dan Tenera.
2. Warna
buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens
D. Syarat
Tumbuh
Kelapa
sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu
dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik
agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah
merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor –
faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan
teknologi lainnya.
E. Iklim
Kelapa
sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130
Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,
Asia, dan Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit
secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah
hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm
per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian
hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena
pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga
bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang
terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena
mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran
transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya
erosi.
Contoh Keadaan curah hujan yang baik
adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per
tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni sampai september, tetapi
masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan
iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara
terus menerus, sehingga diperoleh hasil
buah yang tinggi.
Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang
di daerah Banten Selatan yang iklimnya relatif cukup basah. Sedangkan di
Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur, yang musim kemaraunya
tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali menyebabkan kerusakan bahkan
kematian pada tanaman kelapa sawit.
Keadaan curah hujan yang kurang dari
2.000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi pertumbuhan kelapa sawit,
asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya jumlah curah hujan
minimum yang
2.
Suhu dan Tinggi Tempat
3.
Kelembapan dan Penyinaran Matahari
F.
Sifat Kimia Tanah
Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah
besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan
produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain
itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber –
pH optimum 5,0 – 5,5.
G. Teknologi
perbanyakan Tanaman
Teknologi
perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit adalah dengan
kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara konvensional.
H. Pembiakan
Secara Kultur Jaringan
Pada
pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh
dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue culture). Pengembangan kelapa
sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang
terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya
memiliki keragaman dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan
ketahanan terhadap hama – penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan
sistem kultur jaringan ini disebut dengan klon kelapa sawit.
Pembuatan
bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan yang
berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang
memiliki sifat – sifat unggul, yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif
seragam, kualitas minyak baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Keuntungan
pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan di antaranya adalah
sebagai berikut :
§ Pembiakan
suatu varietas unggul melalui sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat,
tidak terlalu tergantung pada musim dan dapat dilaksanakan dengan sistem
produksi bibit yang terkendali.
§ Pengendalian
sistem produk (bibit klon) secara menyeluruh sehingga produk (bibit) yang
dihasilkan seragam.
§ Penyimpanan
plasma nutfah untuk tujuan produksi dan bank gen dapat dilakukan secara efektif
dan efisien.
§ Perbanyakan
pohon yang toleran terhadap beberapa penyakit yang bersifat genetis dapat
dilakukan secara mudah, misalnya penyakit crown
disease, genetic orange spotting, dsb.
§ Program
pemuliaan dapat dipersingkat karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan
langsung dapat diperbanyak secara vegetatif.
I. Pembiakan
Secara Pembibitan
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal
(pre nursery) selama 3 bulan dan
pembibitan utama (main nursery)
selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu
melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi
laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
J. Persemaian
dan Pembibitan
Benih
kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga
resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai
berikut.
- Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
- Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
- Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan.
- Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit.
- Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.
K. Persiapan
Lahan
Tanaman
Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan ketersediaan
lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka untuk tanaman
kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia.
- Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau areal yang ditumbuhi lalang.
- Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau komoditas tanaman perkebunan lainnya.
- Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit.
Persiapan
lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan
jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang
cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap.
Namun, yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat
memasok buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi.
L. Penanaman
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan
mempersiapkan bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan,
Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan
pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
M. Pemupukan
Pemupukan
tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk
menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan
daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur –
unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara
terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis
dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara
lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus
diaplikasikan.
N. Panen
Tanaman kelapa
sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan
menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah
kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah
menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada
daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas
dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke
pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen,
alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
Ø Kriteria
matang Panen
Kriteria
matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah
pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan
minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria
umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20
butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan.
Ø Cara
panen
Berdasarkan
tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen
jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen
dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan
untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit
bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang
menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.
Ø Persiapan
Panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses
dapat berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan
dan jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus
disiapkan peralatan yang akan digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar