Tanaman Jati / Kayu Jati
A. Definisi Tanaman Jati
Jati dikenal dunia dengan nama teak
(bahasa
Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa
Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah
jati adalah Tectona grandis L.f. Jati (Tectona Grandis) merupakan jenis
tanaman kayu yang banyak dibudidayakan orang sejak jaman dulu karena kayunya
yang mempunyai kualitas yang baik serta memiliki daya jual. Perkembangan
teknologi khususnya dalam hal perkembangan rekayasa genetika tanaman (pemulihan
pohon/tree improvement) telah menghadirkan varietas baru tanaman jati yang
unggul, yang lebih populer disebut dengan jati emas. Mengapa disebut dengan
jati emas? Sebab secara fisik mempunyai sifat-sifat lebih, diantaranya adalah
kecepatan tumbuh yang tinggi, bentuk batang silindris, lurus dan tidak banyak
terdapat cabang. Dengan sifat-sifat unggul tadi, maka pohon jati yang biasanya
akan dipanen dalam jangka waktu yang lama (60-80 tahun) dapat dipanen dengan
waktu yang relatif singkat (5-15 tahun). Tanaman jati emas tidak banyak berbeda
dengan taman jati lokal dalam hal penanaman dan pemeliharaanya. Tanaman jati
termasuk jenis tanaman yang mudah tumbuh termasuk pada lahan yang kurang subur
sekalipun.
Jati merupakan salah satu jenis tanaman yang
mendominasi hutan di Indonesia. Tanaman ini sangat baik dibudidayakan di
Indonesia. Pasalnya, kondisi cuaca dan lingkungan yang tropis sangat mendukung
untuk pertumbuhan jati. Jenis tanaman ini dapat ditanam di berbagai kondisi
lahan dan lingkungan, seperti hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan
pegunungan, hutan tanaman industri, lahan kering tidak produktif, lahan basah
tidak produktif, dan lahan perkebunan.
Syarat lokasi untuk budi daya jati di antaranya
ketinggian lahan maksimum 700 meter dpl, suhu udara 13--43° C, pH tanah 6, dan
kelembapan lingkungan 60--80%, Tanah yang cocok untuk pertumbuhan jati adalah
tanah lempung, lempung berpasir, dan liat berpasir. Unsur kimia pokok (macro
element) yang diperlukan untuk pertumbuhan jati yakni kalsium, fosfor, kalium,
dan nitrogen. Sementara itu, curah hujan optimum yang diperlukan untuk
pertumbuhan jati sekitar 1.000-1.500 mm/tahun. Curah hujan berpengaruh terhadap
sifat gugurnya daun dan kualitas fisik kayu. Secara alamiah, jati akan
menggugurkan daunnya saat musim kemarau, lalu tumbuh kembali pada musim hujan.
Di daerah yang memiliki kemarau yang panjang, jati
akan menggugurkan daunnya dan menghasilkan lingkaran tahun yang artistik.
Karena itu, kayu jati yang berasal dari daerah ini memiliki struktur kayu yang
lebih kuat dan dikelompokkan ke dalam jenis kayu mewah (fancy wood) atau kayu
kelas I. Sementara itu, di daerah yang curah hujannya tinggi, tanaman jati
tidak menggugurkan daun dan lingkaran tahunnya kurang menarik. Karena itu,
kualitas kayunya lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang memiliki kemarau
panjang.
Benih jati bisa diperoleh melalui Balai Pembenihan
Tanaman Hutan (BPTH). Benih harus berasal dari indukan pohon jati yang memiliki
kualitas baik dan pertumbuhan yang sehat. Perbanyakan benih tanaman jati dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni melalui perbanyakan generatif dan vegetatif.
Perbanyakan generatif dengan cara menyemaikan biji hingga tumbuh tunas baru
sebagai bibit. Jika bibit terlalu besar, bibit diremajakan dengan memangkas
batang dan membiarkan tumbuh tunas baru. Tunas tersebut dipelihara hingga
terbentuk batang baru. Cara ini biasa disebut dengan stump.
Sementara itu, perbanyakan vegetatif
dilakukan dengan cara kultur jaringan, yaitu perbanyakan melalui pertumbuhan
sel-sel jaringan titik tumbuh tanaman. Titik tumbuh pada tanaman berada di
jaringan meristematik, seperti pada meristem apikal. Dengan kultur jaringan,
jumlah bibit yang diperoleh cukup banyak.
Sebelum disemai di bak tabur, dormansi
benih jati perlu dibangunkan dengan cara membakar benih menggunakan spiritus.
Berikut cara melakukan pembibitan tanaman jati.
1. Tempatkan benih
di dalam wadah dengan alas serasah.
2. Tutup hamparan
benih menggunakan serasah.
3. Taburkan
spiritus di atas serasah dan bakar hingga api padam.
4. Dinginkan benih
selama 24 jam. Setelah itu, benih siap untuk ditaburkan ke dalam bak semai.
5. Siapkan media
semai berupa tanah, pasir, kompos, dan arang sekam dengan perbandingan 1 :1 :1
: 1. Masukkan media semai ke dalam bak semai.
6. Benamkan benih
satu per satu ke dalam media semai.
7. Biarkan benih
selama 2--3 minggu hingga menjadi bibit.
Setelah berumur 2--3 minggu sejak
penyemaian, pindahkan bibit ke dalam polibag. Lakukan pemindahan bibit secara
hati-hati agar bibit tidak rusak. Pelihara bibit jati hingga mencapai tinggi 30
cm. Setelah itu, bibit jati siap dipindahtanamkan ke lahan.
Salah satu tanaman jati yang bagus hasil
panenya adalah memiliki kayu yang lurus. Agar dapat memiliki kayu yang lurus
adalah dengan pemilihan bibit unggul yang baik (karena bibit jati yang baik
adalah tidak memiliki cabang dan memiliki kayu yang lurus). Tiada gading yang
tak retak maksudnya adalah tidak semua bibit yang dihasilkan memiliki kualitas
yang sama. Bila salah satu tanaman jati kita memiliki cabang untuk memaksimalkan
hasil panen nantinya adalah dengan melakukan penebangan pada cabang-cabang atau
ranting tanaman jati tersebut. Kenapa penebangan atau pemotongan ranting itu perlu
dilakukan? Pertama agar tanaman jati pada usia dini dapat fokus berkembang pada
satu batang saja, sehingga pertumbuhan dapat dengan cepat. Kedua agar kayu yang
dihasilkan dapat lurus atau tidak bercabang. Dengan mengontrol perkembangan
tanaman jati secara berkala bermaksud memaksimalkan hasil panen jati nantinya.
B. Penggunaan Kayu Jati
Kayu jati mengandung semacam minyak
dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan
di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan
atap. Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut,
termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam
konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel. Di dalam rumah, selain
dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam
struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa
Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka
atap, hingga ke dinding-dinding berukir.
Dalam industri kayu sekarang,
jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis
mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai.
Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah. Ranting-ranting
jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu
bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu
digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Sebagian besar kebutuhan kayu jati
dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.
C. Fungsi
ekonomis kayu jati
Sebagai jenis hutan paling
luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial
yang penting. Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Sampai dengan
masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati
sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya,
kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.
Selain itu, jati digunakan
dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang
berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat
galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal
terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat
oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.
D. Sifat Kayu Jati
Kayu jati
merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara
teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas keawetan I. Kayu ini
sangat tahan terhadap serangan rayap. Kayu teras jati berwarna coklat muda,
coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna
putih dan kelabu kekuningan. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong
dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu
yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak.
Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan
gambaran yang indah.
Dengan kehalusan tekstur dan
keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu,
jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan
anak tangga yang berkelas. Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat
kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas
alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan
rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.
Menurut sifat-sifat kayunya,
di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati (Mahfudz dkk., t.t.):
- Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jw.: lengo, minyak; malam, lilin). Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris.
- Jati sungu. Hitam, padat dan berat (Jw.: sungu, tanduk).
- Jati werut, dengan kayu yang keras dan serat berombak.
- Jati doreng, berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala, sangat indah.
- Jati kembang.
- Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur. Kurang kuat dan kurang awet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar